TUGAS METODE RISET 5

0

BAB III

ANALISIS & PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Dengan menyebarkan kuesioner yang berisi 20 pertanyaan yang terdiri dari lima atribut yaitu keandalan, daya tanggap, kepastian, empati, dan berwujud kepada 50 responden yang merupakan pasien yang melakukan proses pengobatan di klinik 24 jam jakarta, maka dapat diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:

1) Analisis Keandalan

Keandalan adalah kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan secara terpercaya dan akurat. Dalam analisis ini ada 5 hal yang akan dibahas, yaitu:

a.      Pelayanan pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan yang cepat dan akurat.

Berdasarkan hasil observasi diperoleh data dari 50 responden yang menyatakan sangat puas sebanyak 19 orang atau 38%, yang menyatakan puas sebanyak 22 orang atau 44%, dan sisanya sebanyak 9 orang atau 18% menyatakan cukup puas.

b.      Penjelasan dari dokter

Berdasarkan hasil obsevasi, diperoleh data bahwa dari 50 responden yang menyatakan sangat puas sebayak  23 orang atau 46%, yang menyatakan cukup puas sebanyak 14 orang atau 28%, dan sisanya yang menyatakan kurang puas dan tidak puas yaitu hanya terdapat 1 orang atau 2%.

c.       Ketepatan kedatangan dokter.

Berdasarkan hasil observasi , diperoleh data bahwa dari 50 responden yang menyatakan sangat puas sebanyak 15 orang atau 30%, yang menyatakan puas sebanyak 21 orang atau 42 %, dan yang menyatakan cukup puas sebanyak 14 orang atau 28%.

d.      Prosedur penerimaan pasien yang cepat

Berdasarkan hasil observasi, diperoleh data bahwa dari 50 responden yang menyatakan sangat puas sebanyak 14 orang 28%, yang menyatakan puas sebanyak 24 orang tu 48%, yang menyatakan cukup puas sebanyak 11 orang atau 22%, dan sisanya sebanyak 1 orang atau 2% menyatakan kurang puas.

e.      Prosedur pendaftaran sangat mudah

Berdasarkan 50 responden yang menyatakan sangat puas sebanyak 6 orang atau 12%, yang menyatakan puas sebanyak 28 orang atau 56%, yang menyatakan cukup puas sebanyak 15 orang atau 30%, dan sisanya menyatakan kurang puas sebayak 1 orang atau 2%.

2) Analisis Daya Tanggap

Daya tanggap adalah kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat. Dalam analisis ini ada 3 hal yang akan dibahas, yaitu:

a.      Petugas informasi dalam memberikan informasi yang jelas

Berdasarkan hasil observasi, diperoleh data bahwa dari 50 responden yang menyatakan sangat puas sebanyak 11 orang atau 22%, yang menyatakan puas sebayak 27 orang atau 54%, dan yang menyatakan cukup puas sebanyak 12 orang atau 24%.

b.      Tindakan cepat pada saat pasien membutuhkan pertolongan.

Berdasarkan hasil observasi, diperoleh data bahwa dari 50 responden yang menyatakan sangat puas sebanyak 13 orang atau 26%, yang menyatakan puas sebanyak 24 orang atau 48%, yang menyatakan cukup puas sebanyak 13 orang atau 26%.

c.   Kemampuan dokter dan perawat untuik cepat tanggap menyelesaikan keluhan pasien.

Berdasarkan hasil observasi diperoleh data bahwa dari 50 responden yang menyatakan sangat puas sebanyak 22 orang atau 44%, yang menyatakan puas sebanyak 20 atau 40%, dan yang menyatakan cukup puas sebanyak 8 atau 16%.

3) Analisis Kepastian

Kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan. Dalam analisis ini ada 3 hal yang akan dibahas, yaitu:

a.      Pengetahuan dan kemampuan para dokter dalam mendiagnosa pasien.

Berdasarkan hasil observasi, diperoleh data bahwa dari 50 responden yang menyatakan sangat puas sebanyak 18 orang atau 36%, menyatakan puas sebanyak 20 orang atau 40%, yang menyatakan cukup puas sebanyak 12 orang atau 24%.

b.   Pelayanan yang sopan dan ramah

Berdasarkan hasil observasi, diperoleh data bahwa dari 50 responden yang menyatakan sangat puas sebanyak 16 orang atau 32%, yang menyatakan puas sebanyak 28 orang atau 56%, dan yang menyatakan cukup puas sebanyak 6 orang atau 12%.

c.   Ketrampilan para dokter, perawat dan petugas lainnya dalam bekerja.

Berdasarkan hasil observasi, diperoleh data bahwa dari 50 responden yang menyatakan sangat puas sebanyak 26 orang atau 52%, yang menyatakan puas sebanyak 14 atau 28%, dan yang menyatakan cukup puas sebanyak 10 atau 20%.

4) Analisis Empati

Empati adalah kesediaan untuk peduli, memberi perhatian pribadi kepada pelanggan. Dalam analisis ini ada tiga hal yang akan dibahas, yaitu :

a.      Sikap dan perhatian perawat pada pasien.

Berdasarkan hasil observasi, diperoleh data bahwa dari 50 responden yang menyatakan sangat puas sebanyak 5 orang atau 10%, yang menyatakan puas sebanyak 16 orang atau 32%, yang menyatakan cukup puas 24 orang atau 48% dan yang menyatakan kurang puas sebanyak 5 orang atau 10%.

b.      Sikap dan perhatian dokter terhadap pasien.

Berdasarkan hasil observasi diperoleh data bahwa dari 50 responden yang menyatakan sangat puas sebanyak 12 orang atau 24%, yang menyatakan puas sebanyak 29 orang atau 58%, yang menyatakan cukup puas sebanyak 7 orang atau 14%, dan sisanya menyatakan kurang puas sebanyak 2 orang atau 4%.

c.       Pelayanan kepada semua pasien tanpa memandang status sosial.

Berdasarkan hasil observasi diperoleh data bahwa dari 50 responden yang menyatakan sangat puas sebanyak 5 orang atau 10%, yang menyatakan puas sebanyak 27 orang atau 54%, yang menyatakan cukup puas sebanyak 17 orang atau 34%, dan yang menyatakan kurang puas sebanyak 1 orang atau 2%.

5) Analisis Berwujud

Berwujud adalah penampilan fasilitas fisik, peralatan, tugas, dan materi komunikasi. Dalam analisis ini ada 6 hal yang akan dibahas, yaitu :

a.      Kerapihan dan kebersihan penampilan petugas.

Berdasarkan hasil observasi, diperoleh data dari 50 responden yang menyatakan sangat puas terhadap kerapihan dan kebersihan petugas sebanyak 19 orang atau 38%, yang menyatakan puas sebanyak 14 orang atau 28%, dan yang menyatakan cukup puas sebanyak 17 orang atau 34%.

b.      Kelengkapan dan kebersihan alat-alat yang dipakai.

Berdasarkan hasil observasi, diperoleh data dari 50 responden yang menyatakan sangat puas terhadap kelengkapan dan kebersihan alat-alat yang dipakai sebanyak 7 orang atau 14%, yang menyatakan puas sebanyak 21 orang atau 42%, yang menyatakan cukup puas sebanyak 20 orang atau 40%, sisanya yang menyatakan kurang puas sebanyak 2 orang atau 4%.

c.       Kebersihan kamar perawatan dan kamar mandi.

Berdasarkan hasil observasi, diperoleh data dari 50 responden yang menyatakan sangat puas terhadap kebersihan kamar perawatan dan kamar mandi sebanyak 9 orang atau 18%, yang menyatakan puas sebanyak 27 orang atau 54%, yang menyatakan cukup puas sebanyak 14 orang atau 28%.

d.      Kenyamanan ruangan perawatan (seperti ber-AC)

Berdasarkan hasil observasi, diperoleh data dari 50 responden yang menyatakan sangat puas terhadap kenyamanan ruangan perawatan sebanyak 9 orang atau 18%, yang menyatakan puas sebanyak 28 orang atau 56%, dan yang menyatakan cukup puas sebanyak 13 orang atau 26%.

e.      Kebersihan dan kenyaman ruan lobi.

Berdasarkan hasil observasi, diperoleh data dari 50 responden yang menyatakan sangat puas terhadap kebersihan dan kenyaman ruang lobi sebanyak 11 orang atau 22%, yang menyatakan puas sebanyak 16 orang atau 32%, yang menyatakan cukup puas sebanyak 21 orang atau 42%, dan yang menyatakan kurang puas sebanyak 2 orang atau 4%.

f.        Penataan eksterior dan interior ruangan.

Berdasarkan hasil observasi, diperoleh data dari 50 responden yang menyatakan sangat puas terhadap penataan eksterior dan interior ruangan sebanyak 8 orang atau 16%, yang menyatakan puas sebanyak 19 orang atau 38%, dan yang menyatakan cukup puas sebanyak 23 orang atau 46%.

Tabel1.Tingkat Kepuasan Pelanggan

Jwbn

Andal

Daya Tanggap

Yakin

Empati

Berwujud

TB

PB

Sangat Puas

77

46

60

22

63

268

26.8%

Puas

106

71

62

72

125

436

43.6%

Cukup Puas

63

33

28

48

108

280

28%

Kurang Puas

3

0

0

8

4

15

1.5%

Tidak Puas

1

0

0

0

0

1

0.1%

TK

250

150

150

150

300

1000

100%

PK

25%

15%

15%

15%

30%

100%

 

Keterangan:

TB: Total Baris

PB: Proporsi Baris

TK: Total Kolom

PK: Proporsi Kolom

Pengujian Hipotesis:

1)      Hipotesa Penelitian

H0 : Pasien pada klinik 24 jam Jakarta tidak merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh klinik klinik tersebut.

Ha : Pasien pada klinik 24 jam Jakarta merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh klinik tersebut.

2)      Derajat Kebebasan

Db = (b – 1) ( k – 1) = (5 – 1) (5 – 1) = 16

b = jumlah baris

k = jumlah kolom

3)   Nilai Kritis

Nilai kritis adalah nilai chi square tabel dengan tingkat signifikan 10% (0,1%), dB 16, dan chi square table  adalah 23,5418.

4)    Frekuensi Harapan (Fe)

Fe1.1 = 26.8% x 25% x 1000 = 67

Fe1.2 = 26.8% x 15% x 1000 = 40.2

Fe1.3 = 26.8% x 15% x 1000 = 40.2

Fe1.4 = 26.8% x 15% x 1000 = 40.2

Fe1.5 = 26.8% x 30% x 1000 = 80.4

Fe2.1 = 43.6% x 25% x 1000 = 109

Fe2.2 = 43.6% x 15% x 1000 = 65.4

Fe2.3 = 43.6% x 15% x 1000 = 65.4

Fe2.4 = 43.6% x 15% x 1000 = 65.4

Fe2.5 = 43.6% x 30% x 1000 = 130.8

Fe3.1 = 28% x 25% x 1000  = 70

Fe3.2 = 28% x 15% x 1000  = 42

Fe3.3 = 28% x 15% x 1000 = 42

Fe3.4 = 28% x 15% x 1000 = 42

Fe3.5 = 28% x 30% x 1000 = 84

Fe4.1 = 1.5% x 25% x 1000 = 3.75

Fe4.2 = 1.5% x 15% x 1000 = 2.25

Fe4.3 = 1.5% x 15% x 1000 = 2.25

Fe4.4 = 1.5% x 15% x 1000 = 2.25

Fe4.5 = 1.5% x 30% x 1000 = 4.5

Fe5.1 = 0.1% x 25% x 1000 = 0.25

Fe5.2 = 0.1% x 15% x 1000 = 0.15

Fe5.3 = 0.1% x 15% x 1000 = 0.15

Fe5.4 = 0.1% x 15% x 1000 = 0.15

Fe5.5 = 0.1% x 30% x 1000 = 0.30

 

Tabel2. Nilai Chi Square Hitung

Kategori

Fo

Fe

Fo – Fe

(Fo – Fe)2

(Fo – Fe)2 /Fe

SP, Keandalan

77

67

10

100

1.4925

SP, Daya Tanggap

46

40.2

5.8

33.64

0.3368

SP, Keyakinan

60

40.2

19.8

392.04

9.7522

SP, Empati

22

40.2

-18.2

331.24

8.2398

SP, Berwujud

63

80.4

-17.4

302.76

3.7656

P, Keandalan

106

109

-3

9

0.0825

P, Daya Tanggap

71

65.4

5.6

31.36

0.4795

P, Keyakinan

62

65.4

-3.4

11.56

0.1767

P, Empati

72

65.4

6.6

43.56

0.6660

P, Berwujud

125

130.8

-5.8

33.64

0.2571

CP, Keandalan

63

70

-7

49

0.7

CP, Daya Tanggap

33

42

-9

81

1.9285

CP, Keyakinan

28

42

-14

196

4.660

CP, Empati

48

42

6

36

0.8571

CP, Berwujud

108

84

24

576

6.8571

KP, Keandalan

3

3.75

-0.75

0.5625

0.15

KP, Daya Tanggap

0

2.25

-2.25

5.0625

2.25

KP, Keyakinan

0

2.25

-2.25

5.0625

2.25

KP, Empati

8

2.25

5.75

33.0625

14.6944

KP, Berwujud

4

4.5

-0.5

0.25

0.0555

TP, Keandalan

1

0.25

0.75

0.5625

2.25

TP, Daya Tanggap

0

0.15

-0.15

0.0225

0.15

TP, Keyakinan

0

0.15

-0.15

0.0225

0.15

TP, Empati

0

0.15

-0.15

0.0225

0.15

TP, Berwujud

0

0.30

-0.30

0.09

0.3

X Square Hitung

63.1579

 

Analisis dan Pembahasan

Karena XSquare Hitung (63,1573) > XSquare Tabel (23,5418), maka tolak Ho, terima Ha, artinya bahwa memang benar pasien merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak klinik 24 jam jakarta. Baik itu dalam dimensi keandalan, daya tanggap, keyakinan, empati, dan berwujud.

Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan hasil analisa di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :

1.      Dari hasil observasi terhadap 50 responden pada klinik 24 jam jakarta, didapat bahwa dari hasil analisis Chi Square Hitung (63,1579) > dari Chi Square Tabel (23,5418), maka tolak Ho, dan terima Ha. Jadi pasien pada klinik 24 jam jakarta merasa puas terhadap pelayanan atau kinerja yang telah diberikan baik itu dalam dimensi keandalan, daya tanggap, keyakinan, empati, berwujud.

2.      Dari hasil Chi Square, dapat diketahui bahwa kinerja pelayanan yang diberikan sudah cukup bagus baik dari dimensi keandalan, daya tanggap, keyakinan, empati, dan berwujud.

Saran

Meskipun kinerja pelayanan yang telah diberikan sudah dapat dikatakan baik dan pasien merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan baik dalam dimensi keandalan, daya tanggap, keyakinan, empati, dan berwujud, maka diharapkan seluruh pegawai rumah sakit dapat tetap bertahan dan meningkatkan kinerja yang dijalankan untuk menjaga loyalitas pelanggan. Bila hal ini tetap dilakukan dengan baik, maka akan di prediksi bahwa jumlah pasien atau pelanggan yang akan menggunakan jasa pelayanan klinik 24 jam Jakarta akan meningkat.

 

TUGAS METODE RISET 4

0

BAB II

METODOLOGI

Objek Penelitian

Objek dalam penulisan ini yaitu Pasien klinik 24 jam jakarta yang memerlukan pengobatan yang beralamat di Jalan Condet raya Jakarta Timur.

Data dan Variabel Penelitian:

Sajian data atau variabel yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner yang berisi 20 pertanyaan yang terdiri dari lima atribut yaitu keandalan, daya tanggap, kepastian, empati, dan berwujud. Dengan mengambil sample sebanyak 50 responden.

Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data, penulis berusaha mendapatkan data yang sesuai dengan masalah yang akan diambil. Adapun yang menjadi sumber datanya adalah:

1)    Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung klinik yang bersangkutan.

2)    Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku yang bersangkutan dengan keperluan penelitian dan juga menggunakan media elektronik seperti internet untuk melengkapi masalah yang akan diungkapkan dalam penulisan.

Sedangkan untuk teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh penulis adalah:

1)    Metode lapangan, yaitu penelitian secara langsung ke lapangan untuk mendapatkan data dengan cara wawancara, observasi langsung dan pembagian angket kepada pasien klinik yang datang.

2)    Metode pustaka, yaitu dengan mencari gambaran secara teoritis dengan cara membaca buku ilmiah serta buku lainnya yang berhubungan dengan topic permasalahan.

Hipotesis

Dengan berusaha untuk meningkatkan pasien yang datang, maka pihak perusahaan yang bergerak dibidang jasa harus dapat memperbaiki pelayanan yang diberikan. Pelayanan sumber daya manusia dalam perusahaan merupakan salah satu fungsi yang selalu ada dalam perusahaan jasa, karena merupakan salah satu cara untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, yaitu dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan bagi karyawan dengan upaya meningkatkan pelayanan terhadap pengunjung.

Metode Penelitian (Alat Analisis yang Digunakan)

1)    Skala Pengukuran

Di dalam penulisan ini penulis mengggunakan skala Likert, yaitu jenis skala yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian sikap, pendapat, dan persepsi sosial seseorang/kelompok. Dalam hal ini digunakan 5 tingkat yang terdiri dari Sangat Puas, Puas, Cukup Puas, Kurang Puas, Tidak Puas.

2)    Metode Analisis Data

Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis data penelitian ini adalah dengan menggunakan Chi Square. Chi Square adalah alat analisis untuk melihat variabel jenis pelayanan mempengaruhi kepuasan konsumen, dengan rumus sebagai berikut:

Untuk mencari Fe, digunakan rumus:

Dengan menggunakan tingkat signifikan a = 10% (0,1) dan dengan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H0: Pasien pada klinik 24 jam jakarta tidak merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh klinik 24 jam jakarta.

H1: Pasien pada klinik 24 jam jakarta merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh klinik 24 jam jakarta.

Pengambilan Keputusan:

Syarat dalam pengambilan keputusan adalah

Jika Chi Square hitung .> Chi Square table maka H0 ditolak.

Jika Chi Square hitung .< Chi Square table maka H0 diterima.

TUGAS METODE RISET 3 (buatan sendiri)

0

METODE RISET

Nama : Iksannur Hidayatullah

Tema : Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen

Judul : “Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen (Pasien) Terhadap Pelayanan Klinik 24 Jam Jakarta”.

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pemerintah dewasa ini sedang dituntut melaksanakan pembangunan dan dituntut pula untuk melakukan perubahan di segala bidang. Salah satunya adalah tuntutan kepada masyarakat dan membantu masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan sebaik-baiknya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan sumber daya manusia yang sehat jasmani dan rohani. Maka pemerintah telah berupaya meningkatkan kesehatan melalui penyediaan sarana kesehatan, salah satunya adalah Rumah Sakit.

Perkembangan klinik sekarang ini mengalami transformasi besar. Pada perkembangannya klinik  didirikan umumnya untuk kebutuhan menyehatkan masyarakat dan diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat luas dari semua kalangan dengan sebaik-baiknya.

Semakin banyaknya masyarakat di jakarta , klinik  diharapkan dapat bersaing bagaimana caranya untuk dapat menarik konsumen, khususnya pasien. Dengan memberikan pelayanan yang terbaik bagi pengunjung klinik, diharapkan dapat memberikan kepuasan dan jaminan untuk menggunakan pelayanan tersebut kembali pada saat diperlukan lagi, sehingga dapat membiayai dana operasional klinik yang bersangkutan.

Di dalam penulisan ini penulis tertarik untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien, terhadap jasa pelayanan yang telah diberikan oleh pihak klinik 24 jam jakarta.

Rumusan dan Batasan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah:

1)    Bagaimana tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan pihak klinik 24 jam Jakarta?

2)    Faktor apa saja yang berpengaruh dalam tingkat kepuasan konsumen (pasien) terhadap pelayanan yang diberikan?

Tujuan Penelitian:

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah:

1)    Untuk mengetahui apakah konsumen atau pasien merasa puas terhadap kinerja pelayanan yang telah diberikan oleh pihak klinik kesehatan.

2)    Untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh dalam menentukan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan oleh klinik kesehatan.

Kerangka Pemikiran

Mendapatkan suatu kepercayaan dari konsumen adalah hal yang terpenting di dalam sebuah perusahaan, apalagi bila perusahaan tersebut bergerak dalam bidang jasa. Kepercayaan konsumen tersebut tentunya dapat diperoleh melalui pelayanan dengan sebaik-baiknya yang diberikan oleh konsumen. Dengan memberikan pelayanan terbaik, diharapkan dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi konsumen, sehingga konsumen akan menggunakan jasa dari perusahaan tersebut sewaktu konsumen sedang membutuhkannya.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

H0 : Pasien pada klinik 24 jam jakarta tidak merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak klinik.

Ha : Pasien pada klinik 24 jam jakarta merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak klinik.

prilaku konsumen

0

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.

Proses pengambilan keputusan pembelian

Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan,

  1. Pengenalan masalah (problem recognition) Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.
  2. Pencarian informasi (information source). Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi. Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal).
  3. Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation). Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
  4. Keputusan pembelian (purchase decision). Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.
  5. Evaluasi pasca pembelian (post-purchase evaluation) merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut di masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen di masa depan.

 

 

 

BAB II
PEMBAHASAN

A. TIGA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PILIHAN KONSUMEN

  1. Konsumen Individu

Pilihan merek dipengaruhi oleh kebutuhan konsumen, persepsi atas karakteristik  merek, dan sikap ke arah pilihan. Sebagai tambahan, pilihan merek dipengaruhi oleh demografi konsumen, gaya hidup, dan karakteristik personalia.

2. Pengaruh Lingkungan

Lingkungan pembelian konsumen ditunjukkan oleh budaya (norma kemasyarakatan, pengaruh kedaerahan atau kesukuan), kelas sosial (keluasan grup sosial ekonomi atas harta milik konsumen), grup tata muka (teman, anggota keluarga, dan grup referensi) dan faktor menentukan yang situasional (situasi dimana produk dibeli seperti keluarga yang menggunakan mobil dan kalangan usaha).

3. Marketing strategy

Merupakan variabel dimana    pemasar mengendalikan usahanya dalam memberitahu dan mempengaruhi konsumen. Variabel-variabelnya adalah barang, harga, periklanan dan distribusi yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan. Pemasar harus mengumpulkan informasi dari konsumen untuk evaluasi kesempatan utama pemasaran dalam pengembangan pemasaran. Kebutuhan ini digambarkan dengan garis panah dua arah antara strategi pemasaran dan keputusan konsumen dalam gambar 1.1 penelitian pemasaran memberikan informasi  kepada organisasi pemasaran mengenai kebutuhan konsumen, persepsi tentang karakteristik merek, dan sikap terhadap pilihan merek. Strategi pemasaran kemudian dikembangkan dan diarahkan kepada konsumen.

Ketika konsumen telah mengambil keputusan kemudian evaluasi pembelian masa lalu, digambarkan sebagai umpan balik kepada konsumen individu. Selama evaluasi, konsumen akan belajar dari pengalaman dan pola pengumpulan informasi mungkin  berubah,  evaluasi  merek,  dan  pemilihan  merek.  Pengalamn  konsumsi secara langsung akan berpengaruh apakah konsumen akan membeli merek yang sama lagi.

Panah  umpan balik mengarah kembali kepada organisasi     pemasaran. Pemasar akan mengiikuti rensponsi konsumen dalam bentuk saham pasar dan data penjualan. Tetapi informasi ini tidak menceritakan kepada pemasar tentang mengapa konsumen membeli atau informasi tentang kekuatan dan kelemahan dari merek pemasar secara relatif terhadap saingan. Karena itu penelitian pemasaran diperlukan pada tahap ini untuk menentukan reaksi konsumen terhadap merek dan kecenderungan pembelian di masa yang akan datang. Informasi ini mengarahkan pada manajemen untuk merumuskan kembali strategi pemasaran kearah pemenuhan kebutuhan konsumen yang lebih baik.

B. PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Tipologi pengambilan keputusan konsumen :

  1. Keluasan pengambilan keputusan (the extent of decision making)

Menggambarkan proses yang berkesinambungan dari pengambilan keputusan menuju kebiasan. Keputusan dibuat berdasrkan proses kognitip dari penyelidikan informasi dan  evaluasi  pilihan  merek.  Disisi  lain,  sangat  sedikit  atau  tidak  ada keputusan yang mungkin terjadi bila konsumen dipuaskan dengan merek khusus dan pembelian secara menetap.

2. Dimensi atau proses yang tidak terputus dari keterlibatan kepentingan pembelian yang tinggi ke yang rendah.

Keterlibatan kepentingan pembelian yang tinggi adalah penting bagi konsumen. Pembelian berhubungan secara erat dengan kepentingan dan image konsumen itu sendiri. Beberapa resiko yang dihadapi konsumen adalah resiko keuangan , sosial, psikologi. Dalam beberapa kasus, untuk mempertimbangkan pilihan produk secara hati-hati diperlukan waktu dan energi khusus dari konsumen. Keterlibatan kepentingan pembelian yang rendah dimana tidak begitu penting bagi konsumen, resiko finansial, sosial, dan psikologi tidak begitu besar. Dalam hal ini mungkin tidak bernilai waktu bagi konsumen, usaha untuk pencarian informasi tentang merek dan untuk mempertimbangkan pilihan yang luas. Dengan demikian, keterlibatan kepentingan pembelian yang rendah umumnya memerlukan proses keputusan yang terbatas “ a limited  process of decision making”. Pengambilan keputusan vs kebiasaan dan keterlibatan kepentingan yang rendah vs keterlibatan kepentingan yang tinggi menghasilkan empat tipe proses pembelian konsumen.

C. EMPAT TIPE PROSES PEMBELIAN KONSUMEN :

1.  Proses “ Complex Decision Making “, terjadi bila keterlibatan kepentingan tinggi pada pengambilan keputusan yang terjadi. Contoh pengambilan untuk membeli sistem  fotografi elektronik seperti Mavica atau keputusan untuk membeli mobil. Dalam kasus seperti ini, konsumen secara aktif mencari informasi  untuk  mengevaluasi  dan  mempertimbangkan  pilihan  beberapa merek dengan menetapkan kriteria tertentu seperti kemudahan dibawa dan resolusi untuk sistem kamera elektronik, dan untuk mobil adalah hemat, daya tahan tinggi, dan peralatan. Subjek pengambilan keputusan yang komplek adalah sangat penting. Konsep perilaku kunci seperti persepsi, sikap, dan pencarian informasi yang relevan untuk pengembangan stratergi pemasaran.

2.    Proses “ Brand Loyalty “.  Ketika pilihan berulang, konsumen belajar dari pengalaman masa lalu  dan  membeli merek                                                 yang memberikan kepuasan dengan sedikit atau tidak ada proses pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Contoh pembelian sepatu karet basket merek Nike atau sereal Kellogg,s Nutrific. Dalam setiap kasus disini pembelian adalah penting untuk konsumen, sepatu basket karena keterlibatan kepentingan dalam olah raga, makanan sereal untuk orang dewasa karena kebutuhan nutrisi. Loyalitas merek muncul dari kepuasan pembelian yang lalu. Sehingga, pencarian informasi dan evaluasi merek terbatas atau tidak penting keberadaannya dalam konsumen memutuskan membeli merek yang sama.

Dua tipe yang lain dari proses pembelian konsumen dimana konsumen tidak terlibat atau keterlibatan kepentingan yang rendah      dengan barangnya adalah tipe pengambilan keputusan terbatas dan proses inertia.

3.  Proses “ Limited Decision Making “. Konsumen kadang-kadang mengambil keputusan walaupun mereka tidak memiliki keterlibatan kepentingan yang tinggi, mereka hanya memiliki sedikit pengalaman masa lalu dari produk tersebut. Konsumen membeli barang mencoba-coba untuk membandingkan terhadap makanan snack yang biasanya dikonsumsi. Pencarian informasi dan evaluasi terhadap pilihan merek lebih terbatas dibanding pada proses pengambilan keputusan yang komplek. Pengambilan keputusan terbatas juga terjadi ketika konsumen mencari variasi. Kepitusan itu tidak direncanakan, biasanya dilakukan seketika berada dalam toko. Keterlibatan kepentingan yang rendah, konsumen cenderung akan berganti merek apabila sudah bosan mencari variasi lain sebagai perilaku pencari variasi akan melakukan apabila resikonya minimal.

Catatan proses pengambilan keputusan adalah lebih kepada kekhasan konsumen daripada kekhasan barang. Karena itu tingkat keterlibatan kepentingan dan pengambilan keputusan tergantung lebih kepada sikap konsumen terhadap produk daripada karakteristik produk itu sendiri. Seorang konsumen mungkin terlibat kepentingan memilih produk makanan sereal dewasa karena nilai nutrisinya, konsumen lain mungkin lebih menekankan kepada kecantikan dan menggeser merek dalam mencari variasi.

4.  Proses “ Inertia “. Tingkat kepentingan dengan barang adalah rendah dan tidak ada pengambilan keputusan. Inertia berarti konsumen membeli merek yang sama bukan karena loyal kepada merek tersebut, tetapi karena tidak ada waktu yang cukup dan ada hambatan untuk mencari alternatif, proses pencarian informasi pasif terhadap evaluasi dan pemilihan merek. Robertson berpendapat bahwa dibawah kondisi keterlibatan kepentingan yang rendah “ kesetiaan merek hanya menggambarkan convenience yang melekat dalam perilaku yang berulang daripada perjanjian untuk membeli merek tersebut” contoh pembelian sayur dan kertas tisu.

Keempat proses tersebut digambarkan sebagai berikut :

 

Pengambilan keputusan konsumen menghubungkan konsep perilaku dan strategi pemasaran melalui penjabaran hakekat pengambilan keputusan konsumen. Kriteria apa yang digunakan oleh konsumen dalam memilih merek akan memberikan petunjuk dalam manajemen pengembangan strategi.

Pengambilan keputusan konsumen adalah bukan proses yang seragam. Ada perbedaan antara

(1) pengambilan keputusan  dan

(2) keputusan dengan keterlibatan kepentingan yang  tinggi dan keputusan dengan keter-libatan kepentingan yang rendah.

D. PENGAMBILAN  KEPUTUSAN  YANG  KOMPLEK  (COMPLEKS  DECISION MAKING)

Untuk  memahami  keputusan  yang  komplek  maka  perlu  dipahami  hakekat keterlibatan konsumen dengan suatu produk.

Kondisi  keterlibatan  konsumen  akan  suatu  produk,  apabila  produk  tersebut adalah :

1.  Penting bagi konsumen karena image konsumen sendiri, misalnya pembelian mobil sebagai simbol status.

2.  Memberikan daya tarik yang terus menerus kepada konsumen, misal dalam dunia mode ketertarikan konsumen model pakaian.

3.  Mengandung resiko tertentu, misal resiko keuangan untuk membeli rumah, resiko teknologi untuk pembelian komputer.

4.  Mempunyai ketertarikan emosional, misal pencinta musik membeli Sistem stereo yang baru.

5.  Dikenal dalam kelompok grupnya atau “ badge “ value dari barang yang bersangkutan, seperti jaket kulit, mobil marsedes atau scarf dari Gucci.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2.1 Model keterlibatan konsumen :

 

Tipe Keterlibatan :

1.  Situational involvement. Terjadi hanya dalam situasi khusus dan sementara dan umumnya bila pembelian itu dibutuhkan. Misalnya keputusan mengambil pendidikan MBA adalah karena kabutuhan untuk pekerjaan.

2.  Enduring involvement, terus menerus dan lebih permanen umumnya terjadi karena ketertarikan yang berlangsung terus dalam kategori produk, walaupun pembelian itu dibutuhkan atau tidak, misalnya ketertarikan pada baju.

Baik  enduring maupun situational involvement merupakan hasil proses pengambilan keputusan yang kompleks. “Badge” value adalah suatu kondisi dimana mencakup keterlibatan situasional dan keterlibatan yang menetap.

Penelitian dalam penagambilan keputusan meliputi lima tahap :

1)   Penetapan masalah

2)   Pencarian informasi

3)   Evaluasi terhadap pilihan

4)   Pemilihan

5)   Hasil dari pilihan

Langkah-langkah ini dapat ditransformasikan ke dalam tahap-tahap keterlibatan konsumen dalam pengambilan keputusan yang komplek :

1)  Need Aurosal

2)  Proses informasi konsumen

3)  Evaluasi Merek

4)  Pembelian

5)  Evaluasi sesudah pembelian

Model Dasar Pengambilan Keputusan Yang Komplek (Basic Model Of Complex Decision Making )

Gambar : Model pengambilan keputusan yang kompleks

 

Pengambilan keputusan yang komplek seringnya untuk produk berkategori :

•    – Barang dengan harga tinggi

•    – Barang yang mempunyai resiko penampilan seperti mobil dan produk medis

•    – Barang yang kompleks seperti komputer

•    – Barang special seperti peralatan olah raga, perabot

•    – Barang yang berhubungan dengan ego seseorang seperti pakaian, kosmetik.

Gambar 2.3 NEED AROUSAL

 

E. PEMBELAJARAN KONSUMEN, KEBIASAAN DAN KESETIAAN (CONSUMER LEARNING, HABIT AND LOYALTY)

Kepuasan terhadap suatu merek cenderung mengarahkan konsumen mengulang keputusannya untuk membeli merek yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Kebiasaan menjamin kepuasan berdasarkan pengalaman masa lalu dan menyerderhanakan proses pencarian informasi dan evaluasi terhadap suatu merek. Pelajaran konsumen, kebiasaan dan kesetiaan adalah tiga konsep yang saling berhubungan. Perilaku kebiasaan membeli adalah hasil pembelajaran konsumen dari reinforcement. Reinforcement    adalah      suatu             proses        dimana                            konsumen            akan berulangkali  membeli  apa  yang  telah  memberi  kepuasaan  terbaik  kepadanya. Perilaku tersebut mengarahkan kepada kesetiaan merek.

F. PEMBELAJARAN KONSUMEN (CONSUMER LEARNING)

Konsep pembelajaran dibutuhkan memahami kebiasaan, pembelajaran dapat didefenisikan sebagai perubahan perilaku yang berasal dari hasil pengalaman masa lalu. Ada dua aliran pemikir tehadap pemahaman proses pembelajaran konsumen (1) pembelajaran perilaku. Menitiberatkan pada dorongan pada pengaruh perilaku atau perilaku itu sendiri. (2) pembelajaran kognitip menitiberatkan pada pemecahan masalah dan menekankan pada variabel pemikiran konsumen yang mempengaruhi pembelajaran.

Dalam kelompok perilaku dikembangkan dua teori pembelajaran, perbedaan terjadi  pada  “  classical  conditioning  “  dan  “  Instrumental  conditioning.  Pada  “ classical conditioning” menerangkan perilaku berdasar pada pendirian hubungan tertutup antar dorongan primer dan dorongan            sekunder. “ Instrumental conditioning “ memandang perilaku sebagai fungsi dari tindakan konsumen . Kepuasan mengarahkan pada kemungkinan melakukan pembelian.

Pembelajaran mengarahkan kepada pembelian yang berulang dan kebiasaan. Dalam  model  yang  menggambarkan  perilaku  kebiasaan  pembelian,  pengarahan

kebutuhan mengarah langsung pada perhatian membeli, pembelian selanjutnya, dan

evaluasi sesudah pembelian. Proses pencarian informasi dan evaluasi merek sangat sedikit (minimal).

Kebiasaan menggambarkan dua fungsi penting, yaitu penurunan resiko untuk pembelian dengan tingkat keterlibatan yang tinggi dan penghematan waktu serta

energi untuk produk dengan tingkat keterlibatan yang rendah.

Kebiasaan       seringnya         mengarahkan     kepada     kesetiaan     merek     yaitu    pada pembelian yang berulang berdasarkan pada kesesuaian merek. Teori pembelajaran yang berbeda menjabarkan dua pandangan yang berbeda terhadap kesetiaan merek. Pendekatan               instrumental              conditioning          menunjukkan                       bahwa             pembelian          yang konsisten terhadap suatu merek mencerminkan komitmen terhadap suatu merek. Tetapi sebagian  loyalitas mencerminkan pembelian yang berulang adalah bukan karena komitmen dengan merek tetapi merupakan proses inertia. Kelompok kognitip percaya bahwa perilaku saja tidak cukup sebagai ukuran loyalitas, diperlukan komitmen sikap terhadap suatu merek.

G. PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN KETERLIBATAN YANG RENDAH

Keterlibatan pembelian yang rendah dimana konsumen tidak mempertimbangkan kepentingan produk dalam sistem kepercayaannya dan tidak begitu memperhatikan identifikasi suatu produk. Pemasar mencoba untuk menciptakan keterlibatan konsumen dengan produknya karena keterlibatan konsumen akan cenderung kepada kesetiaan merek dan mencegah  konsumen  mencari  produk  saingan.  Permasar  mencoba  menciptakan keterlibatan  dengan  differensiasi  merek  melalui  pencari  periklanan  yang  bisa memenuhi  kebutuhan  pembeli.  Contoh  untuk  jenis  sereal  untuk  dewasa  pada mulanya adalah produk dengan keterlibatan yang rendah, setelah Kellog memulai menambah nutrisi dan manfaat kesehatan maka tingkat keterlibatan meningkat..

Tiga Teori Dasar Pemahaman Tingkat Pengambilan Keputusan yang Rendah :

  1. Theory of passive learning (Krugman); menyatakan bahwa apabila konsumen tidak terlibat, konsumen tidak melakukan evaluasi secara kognitip terhadap pesan periklanan. Eksposur periklanan dapat terjadi tanpa recalldan luas.
  2. Theory of social judgement (Sherif), menyatakan bahwa kondisi keterlibatan yang rendah, konsumen mempertimbangkan beberapa merek, dan dalam mengevaluasi merek menggunakan sedikit atribut.
  3. The Elaboration likelihood model ( Petty & Cacioppo’s) menyatakan bahwa ketidakterlibatan konsumen merupakan reaksi kepada dorongan tanpa pesan dalam komunikasi daripada pesan itu sendiri.

Perbandingan Hirearkhi Tingkat Keterlibatan Tinggi dan Rendah

Hirearkhi Keterlibatan Rendah Hirearkhi Keterlibatan Tinggi
1. Kepercayaan merek dibentuk pertama   dari passive learning 1.Kepercayaan merek dibentuk pertama dari active learning
2. Keputusan membeli 2. Evaluasi merek
3.  Evaluasi  merek  sesudah  pembelian mungkin dilaksanakan mungkin tidak 3. Keputusan membeli

Empat Tipe Perilaku Konsumen

Berdasarkan pada tingkat keterlibatan dan pengambilan keputusan ada empat tipe perilaku konsumen :

Proses keterlibatan tinggi :

1.  Pengambilan keputusan yang kompleks

2.  Kesetiaan merek

Proses keterlibatan rendah :

1.  pengambilan keputusan terbatas, dan

2.  Inertia.

Pada gambar berikut menunjukkan bahwa setiap proses dijelaskan dengan efek hirearkhi yang berbeda. Proses keterlibatan tinggi dan rendah juga dijelaskan dengan teori pembelajaran yang berbeda berdasar hierarkhi keputusan.

Proses keputusan : Keputusan kompleks Pengaruh hirearkhi Kepercayaan

Evaluasi

Perilaku

Teori :

Passive learning

Proses keputusan : Keputusan terbatas Pengaruh Hirearkhi : Kepercayaan

Perilaku

Evaluasi

Teori :

Active learning

Proses keputusan

Kesetiaan merek Pengaruh hirearkhi Kepercayaan

Evaluasi Perilaku Teori :

Instrumental conditioning

Proses keputusan

Kesetiaan merek Pengaruh hirearkhi Kepercayaan

Perilaku Evaluasi Teori :

Classical conditionin

Implikasi      Strategi      Pengambilan       Keputusan      Keterlibatan      Kepentingan Rendah

Implikasi pengambilan keputusan dengan tingkat keterlibatan yang rendah terhadap pengembangan strategi pemasaran, beberapa pertanyaan strategi muncul :

  • Haruskah  pemasar  berusaha  membuat  konsumen  lebih  terlibat  terhadap suatu produk dengan tingkat keterlibatan yang rendah ?
  • Haruskah pemasar merek yang tidak terkenal mengambil konsumen untuk menggeser dari perilaku inertia ke pencari variasi ?
  • Haruskah pasar dikelompokkan berdasar tingkat keterlibatan konsumen ?

Pengaruh pertama terhadap pilihan konsumen adalah dorongan. Dorongan merupakan reaksi terhadap informasi yang diterima konsumen. Proses informasi terjadi ketika konsumen mengevaluasi informasi dari periklanan, teman, atau pengalaman sendiri terhadap suatu produk.

Pengaruh yang kedua dan pengaruh sentral atas pilihan konsumen adalah konsumen. Konsumen digambarkan dengan variabel pemikiran dan karakteristik. Variabel    pemikiran konsumen adalah  faktor  kognitip                  yang             mempengaruhi pengambilan keputusan. Tiga tipe variabel pemikiran berperan secara esensial dalam pengambilan  keputusan  :  (1)  persepsi  karakteristik  merek  (2)  sikap  lanjutan terhadap merek (3) manfaat keinginan konsumen.

Karakteristik konsumen adalah variabel seperti demografis, gaya hidup, dan karakteristik personalia yang digunakan untuk menggambarkan konsumen. Manajer pemasaran pertama menetukan apakah karakteristik tersebut berhubungan atau tidak                 terhadap              perilaku              kemudian menggunakan             pengetahuan                 itu                 untuk mempengaruhi perilaku.Contoh bila pengguna nutrisi dewasa cenderung menjadi muda, berpenghasilan tinggi, berpendidikan, maka pesan iklan dirancang untuk menyesuaikan terhadap grup tersebut.

Pengaruh ketiga atas pilihan konsumen adalah respon konsumen adalah hasil  akhir  proses  keputusan  konsumen  dan  merupakan  pertimbangan  integral seluruh buku ini. Respon konsumen umumnya berkenaan terhadap pilihan merek, namun bisa juga berkenaan terhadap pilihan kategori produk, pilihan toko, pilihan media komunikasi (mencari informasi dari TV ,radio atau membaca majalah).

BAB III

PENUTUP

 

 

sumber:

http://id.wikipedia.org/wiki/Konsumen

http://www.anneahira.com/artikel-umum/perilaku-konsumen.html

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/04/perilaku-konsumen-dan-produse/

 

tugas metode riset 2

0

Nama       : Iksannur Hidayatullah

NPM         : 12209315

Kelas        : 3EA01

 

Pengarang : Ribka Liana Philippus Malau

ANALISIS JURNAL I

  • TEMA

“Pentingnya Alat Pengendalian, Evaluasi & Sistem Umpan Balik Pada suatu Industri”

  • LATAR BELAKANG

Pengendalian manajemen menjadi salah satu area penting dalam penelitian perilaku organisasi, sejalan dengan pertumbuhan tekanan ekonomi, iklim industri yang tidak menentu, krisis ekonomi, dan keadaan lingkungan eksternal lainnya seperti konsumen, tingkat persaingan, pasar, pemasok, distributor, sikap masyarakat dan pemerintah.

  • MASALAH & TUJUAN

Masalah :

Keefektifan suatu sistem pengendalian ditentukan antara lain oleh seberapa jauh sistem tersebut sesuai dengan karakteristik organisasi. Pendekatan kontijensi ini mengatakan bahwa sistem pengendalian akan lebih bisa menunjang pencapaian tujuan organisasi apabila desainnya sesuai dengan kondisi lingkungan organisasi. Sebaliknya sistem pengendalian yang tidak sesuai dengan karakteristik organisasi bisa menimbulkan dysfunctional behavior bagi anggota organisasi.

Tujuan :

Untuk mengetahui perbedaan proses sistem pengendalian manajemen (SPM) yang difokuskan pada alat pengendalian sebagai atribut SPM dan mekanisme SPM yaitu evaluasi dan sistem umpan balik pada industri manufaktur dan jasa di Jakarta

Penelitian ini dilakukan di organisasi jasa dan manufaktur dengan alasan kedua organisasi ini cukup berbeda secara signigikan dari sisi karakteristik dan jenis industri yang dihasilkan sehingga membuat sistem pengendalian manajemen mempunyai bentuk dan ukuran efektifitas yang berbeda pula untuk masing-masing jenis usaha tersebut.

  • METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan metode survey ke manajer suatu unit bisnis, pusat laba atau divisional dalam perusahaan baik manufaktur maupun jasa yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Hipotesis diuju dengan analisis varians (ANOVA)

  • ANALISIS

Deskripsi :

Sistem pengendalian organisasi yang juga disebut sebagai sistem pengendalian administratif atau birokratis, didesain untuk mengarahkan atau mengatur aktivitas anggota organisasi agar sesuai dengan karakteristik organisasi.

Keberhasilan suatu sistem pengendalian ditentukan antara lain oleh seberapa jauh sistem tersebut sesuai dengan karakteristik organisasi.

Alat analisis & Perhitungan:

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian observasi dan survey.

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara sistem pengendalian manajemen yang diukur melalui alat pengendalian atau atribut pengendalian, mekanisme evaluasi berdasarkan anggaran dan sistem umpan balik baik pada kelompok industi manufaktur maupun jasa.

 

Analisis Jurnal II

Pengarang : Muhammad Ezhar

ANALISIS JURNAL

  • TEMA

“Peranan Sektor Pertanian & Sektor Unggulan Terhadap Pembangunan Kawasan Ekonomi Propinsi Jawa Barat”

  • LATAR BELAKANG

Agro industri sebagai subsistem pertumbuhan yang mempunyai potensi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, karena memiliki peluang pasar & nilai tambah yang besar. Pengembangan agroindustri dapat menjadi pintu mask proses transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri.

  • MASALAH & TUJUAN

Masalah:

Peranan sektor pertanian, selain sebagai sumber penghasil devisa yang besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Sektor pertanian juga banyak menyerap tenaga kerja yang pada umumnya adalah tenaga kerja yang tidak terdidik, tidak memiliki keterampilan & pemerataan pendapatan yang tidak merata. Atas kondisi ini sehingga bargaining power yang dimiliki oleh para petani sangat lemah, sehingga nilai jual produk juga sangat berpengaruh terhadap kondisi ini.

Tujuan:

1. Seberapa besar tingkat kontribusi sektor pertanian dalam perekonimian daerah dan apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mengembangkan daerahnya.

2. Menganalisis sektor-sektor mana yang dapat memberikan efek multiplier yang besar

3. Menetapkan subsektor unggulan mana yang potensial untuk dikembangkan di propinsi Jawa Barat

  • METODOLOGI

Menggunakan pendekatan IRIO (Interregional Input-Output) yang merupakan metode pengembangan dari Input-Output Analysis.

Metode Analisis:

1. Analisis deskriptif dan atau tabulasi dengan melalui tabel-tabel, grafik, dan diagram, seperti data-data dari BPS, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Pertanian, serta dinas-dinas terkait.

2. Analisis kuantitatif meliputi metode penentuan kawasan adalah: Location Quotient (LQ), Analisis Shift-share, Analisis IO (input-output) dan Analisis IRIO (interregional input-output)

  • ANALISIS

Deskripsi:

Ekonomi pertanian merupakan salah satu disiplin ilmu dalam ilmu ekonomi yang menerangkan dan mempelajari masalah-masalah pembangunan pertanian, dan diharapkan dapat memberikan alternatif-alternatif baru baik untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang tibul maupun utnutk mewujudkan cita-cita bangsa guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat petani khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Alat analisis & perhitungan :

Menggunakan pendekatan IRIO (Interregional Input-Output) yang merupakan metode pengembangan dari Input-Output Analysis.

Metode Analisis;

1. Analisis deskriptif dan atau tabulasi dengan melalui tabel-tabel, grafik, dan diagram, seperti data-data dari BPS, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Pertanian, serta dinas-dinas terkait.

2. Analisis kuantitatif meliputi metode penentuan kawasan adalah: Location Quotient (LQ), Analisis Shift-share, Analisis IO (input-output) dan Analisis IRIO (interregional input-output)

Kesimpulan:

  1. Tingkat kontribusi margin sektor di Propinsi Jawa Barat adalah sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor pertanian (pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan) yang mempunyai nilai diatas 10% dari total PDRBnya.
  2. Sektor yang memiliki nilai multiplier besar terhadap perekonomian secara nasional sesuai dengan sektor unggulan Propinsi Jawa Barat, yaitu subsektor peternakan dan hasil-hasilnya
  3. Sektor dan subsektor unggulan Propinsi Jawa Barat berdasarkan analisis IRIO adalah sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel & restoran.

 

ANALISIS JURNAL III

Pengarang : Suhendar Sulaeman, ( Program Magister Universitas Muhammadiyah, Jakarta)

  • Tema

“ Analisis Manfaat Lembaga Keuangan Berbentuk Koperasi (KSP/USP).”

  • Latar Belakang

Krisis ekonomi yang berkepanjangan ternyata memberikan peluang yang cukup baik bagi perkembangan lembaga keuangan mikro terutama KSP dan USP. Lembaga keuangan koperasi telah banyak memberikan manfaat kepada anggotanya untuk dapat menyimpan dan meminjam secara mudah dan murah. KSP dan USP mempunyai peluang yang sangat baik apabila dibangun dan dikembangkan secara baik serta mendapat perlindungan dari undang- undang dan pemerintah.

  • Masalah dan Tujuan

1. Masalah

Masih adanya kegiatan konsumsi dan produksi pada saat krisis menjadikan semakin mandulnya kinerja sektor perbankan. Sedangkan untuk kegiantan produksi dalam skala kecil khusunya masih dapat berjalan karena ditopang oleh pembiayaan dari lembaga keuangan mikro, yaitu kopersai. Ini artinya bahwa pendekatan dengan mengembangkan lembaga mikro terutama dalam bentuk koperasi simpan pinjam (KSP) sangatlah bijaksana.

2. Tujuan

1. Mengevaluasi manfaat dari lembaga keuangan Koperasi (KSP/USP)

2. Mengetahui perbandingan antara lembaga keuangan lain dengan

Koperasi.

  • Metode Penelitian

Metode Analisis:

1. Analisis deskriptif dan atau tabulasi dengan melalui tabel-tabel, grafik, dan diagram, seperti data-data dari BPS, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Departemen keuangan, serta dinas-dinas terkait.

  • Kesimpulan

Lembaga keuangan koperasi (KSP/USP) telah memberikan manfaat untuk anggotanya untuk dapat menyimpan dan meminjam uang secara mudah dan murah. Dan tentunya akan lebih banyak dan berkualitas manfaatnya apabila berbagai hambatan dapat diselesaikan dengan baik..KSP dan USP mempunyai peluang yang sangat baik untuk menjadi lembaga keuangan yang sangat baik jika didukung dengan kebijakan, peraturan, dan pengembangan yang sangat baik.